Rabu, 05 Januari 2011

Pelatihan Tenaga Kerja Jadi Fokus di 2011

JAKARTA: Pelatihan tenaga kerja (naker) jadi prioritas anggaran Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) di tahun 2011 yang mengambil jatah hingga lebih dari 25 persen dari total anggaran sebesar Rp4,128 triliun.

"Tahun ini paling besar memang pelatihan di bawah Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, jumlahnya sekitar Rp1,2 triliun," kata Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar seusai penyerahan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) dan Pemantapan Program 2011 di kantor Kemenakertrans Kalibata, Jakarta, Rabu (5/1).
Anggaran tersebut akan digunakan peningkatan kualitas pelatihan termasuk perbaikan fasilitas balai-balai pelatihan baik yang dikelola pusat maupun daerah. "Kita ingin tahun 2011 ini menyiapkan calon tenaga kerja yang kompeten," kata Muhaimin.
Selain meningkatkan kualitas pelatihan, Menakertrans juga menyatakan akan menggalakkan program sertifikasi untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten dan melakukan standarisasi kualitas tenaga kerja menggunakan acuan standarisasi internasional.
Salah satu program yang akan dikembangkan Kemenakertrans adalah pendirian rumah-rumah terampil di daerah kantong TKI dan memberikan program yang berbasis masyarakat.
Tujuan dari pembangunan rumah-rumah terampil itu adalah agar para tenaga kerja produktif di daerah itu tidak harus keluar negeri untuk bekerja. "Jadi semaksimal mungkin kerja didalam negeri, kalaupun kerja di luar negeri harus yang bermartabat," ujar Muhaimin.
Selain itu, sebanyak 38 kabupaten sebagai daerah asal TKI itu juga akan didorong untuk menyediakan tenaga kerja terampil untuk bekerja di industri.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kemenakertrans Reyna Usman Ahmadi mengatakan program peningkatan kualitas tenaga kerja itu memang diprioritaskan pada daerah pedesaan terutama di kantong-kantong TKI.
"Pak Menteri ingin pelatihan dimulai dari desa, jadi kita perbanyak rumah-rumah terampil dan mobile training unit untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil atau di perbatasan. Jadi mereka tidak usah ke BLK," katanya.
Reyna menyebut program peningkatan kualitas tenaga kerja ditargetkan dapat menjangkau hingga 125 ribu orang dari seluruh Tanah Air. (Ant/OL-9)

http://www.mediaindonesia.com/read/2011/01/05/193139/23/2/Pelatihan-Tenaga-Kerja-Jadi-Fokus-di-2011
Demikian dikatakan Sekretaris Kementerian Negara PAN, Tasdik Kinanto saat memberikan pengarahan pada pembukaan Pelatihan Kader Penggerak Budaya Kerja Aparatur Angkatan III di Hotel Horison Bekasi, Selasa (27/10).
Acara yang berlangsung 27-29 Oktober itu diikuti oleh sejumlah pejabat, baik dari daerah maupun instansi pusat. “Para kader penggerak budaya kerja, diharapkan bisa mendedikasikan dirinya untuk mendinamisir pengembangan budaya kerja di instansi masing-masing,” ujar Tasdik Kinanto menambahkan.
Lebih lanjut Tasdik mengatakan, dewasa ini masyarakat tidak sabar, ingin melihat dan merasakan kinerja yang dilakukan oleh jajaran birokrasi. Hal itu bisa dilihat dari berita di media massa, yang dalam beberapa hari terakhir memberitakan kenaikan gaji pejabat. “Tampaknya mereka tak rela kalau uang negara dibagi-bagi, sementara para pejabat itu belum menunjukkan kinerjanya seperti diharapkan,” tambahnya.
Untuk itu, kini sedang disusun program kerja 100 hari, 1 tahun dan lima tahun Kabinet Indonesia Bersatu II, agar akuntabilitas cabinet diketahui oleh masyarakat.
Disinggung juga bahwa APBN 2010 menetapkan pertumbuhan ekonomi 6 – 7 persen. Menurut Tasdik, pertumbuhan ekonomi itu tidak lepas dari adanya investasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Namun diingatkan, untuk mendorong investor menanamkan modalnya di suatu daerah, diperlukan pelayanan publik yang baik. ”Kalau investor dipersulit, banyak calo, ada KKN, pungli dan sebagainya, maka investor tentu memilih menanamkan modalnya di negara yang lebih mudah,” ujarnya.
Sebagai perbandingan, Cina merupakan negara yang begitu baik dalam melayani pemodal. Urusan pajak belakangan, yang penting tenaga kerjanya dapat diserap. Ibaratnya, investor tinggal bawa koper. Bahkan ada investor dari Indonesia yang menanamkan modalnya di Cina.
Terkait dengan budaya aparatur negara, Tasdik mengungkapkan bahwa di Cina tidak ada pegawai yang ngobrol di kantor. Mereka bekerja sesuai dengan tugas masing-masing, karena di sana budaya kerjanya memang sangat baik. Kondisi serupa juga dapat dilihat di Jepang. ”Kita patut meniru budaya yang dilakukan aparatur negara di negara-negara itu,” tambahnya.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger